Udara dingin dan salju yang turun sudah menjadi pemandangan biasa bagiku .Aku duduk di meja dengan mata memerah .Rasanya ngantuk sekali .Tetapi harus kutahan demi mengerjakan setumpuk makalah yang ada di depanku .Sempat terlintas dibenakku untuk pulang ke Indonesia ,tanah kelahiranku .Betapa rindunya hatiku pada kota Bandung ,tempatku membuat kenangan.Iya ,aku akan pulang. “Besok aku akan pulang ke Indonesia !”kataku pada teman sekamarku,Cathrine. “Berapa lama kamu akan pulang?”Tanya Cathrine . “Hanya sebentar ,aku tak mungkin berlama-lama meninggalkan tugas kuliahku yang menumpuk seperti ini .”jawabku datar .
Kurapatkan
mantel buluku sambil menoleh ke kanan dan ke kiri menunggu taksi
yang lewat .Pagi ini udara begitu dingin di Australia .Matahari hanya muncul
sekitar 2-3 jam saja .Setelah menunggu lama,akhirnya aku mendapatkan taksi. “Ke
bandara .”kataku singkat pada sopir taksi itu .Sampai di bandara aku segera
memberikan pasporku dan segera bergegas naik pesawat .Tak sabar hatiku melihat
kampung halamanku .Di dalam pesawat aku hanya bisa berangan-angan saja
.Bagaimanakah bangunan rumahku sekarang ?Apakah halamannya tetap seperti
dulu?Berbagai pertanyaan terbesit dipikiranku .Memang sudah 10 tahun aku di
Australia .Masa SMP & SMAku kuhabiskan di sana .Tak ada pilihan lain selain
itu.Karna di Indonesia sendiri tak ada yang sempat merawatku .Akupun lebih
memilih tinggal bersama tanteku di Australia .Setelah 2 jam perjalanan
,akhirnya aku sampai di Indonesia .Tetapi aku harus naik kereta dari Jakarta ke
Bandung .Memang cukup rumit .Dari sini aku harus naik taksi ke stasiun ,lalu
naik kereta sampai ke stasiun Bandung.Dan naik taksi sampai ke rumah .
Tak terasa kini aku
sudah berada tepat di depan gerbang rumahku .Aku berteriak kegirangan,ternyata
semuanya belum berubah,masih tetap sama seperti dulu.Warna catnya pun tak
dirubah .Dua orang pelayan setengah baya menghampiriku. “ Mmm,maaf neng ini cari siapa?” Tanya pelayan
perempuan itu dengan ramah . “Mbok Sitikan?”aku balik bertanya .Mereka berdua
saling berpandangan dengan heran . “Iya saya Mbok Siti.” Jawabnya bingung. “Dan
pak Bejokan?” tanyaku pada pelayan pria itu. “Iya betul saya pak Bejo.” Sekali
lagi mereka saling berpandangan dengan heran. "Saya Fina mbok,pak!”
jelasku dengan senang.Mereka berdua sama-sama memegang kepala seperti sudah
mengingat sesuatu yang lama . “Ya ampun,neng Fina sudah besar ya.”kata mbok
Siti terheran-heran . “Ya,iyalah mbok,masak saya harus kecil
terus.”jawabku.Mereka memang sudah bekerja di keluarga kami selama 25 tahun,dan
sampai sekarang mereka tetap setia merawat rumah kami,dan juga merawat nenek
yang telah lanjut usia .
Aku berkeliling di
halaman rumah yang luas.Masih tetap rimbun seperti dulu.Bangunan rumahnya
memang sudah jadul,bila dibandingkan dengan deretan rumah sebelah kami. Tetapi
masih tetap kokoh dan indah.Aku duduk di ayunan masa kecilku .Pikiranku
menerawang pada saat aku kecil dulu.Saat aku bermain bersama kakak ,bersenda
gurau bersama .Jatuh terpeleset,menagis,bertengkar semuanya masih melekat dalam
hatiku .Saat memasuki ruang tamu ,ingatanku makin terbuka .Dulu di sini
tempatku berbagi ,tertawa,dibesarkan hingga membentuk kepribadianku yang
seperti ini.Rasanya ingin menangis ,bila teringat keadaanku sekarang .Semuanya
telah bercerai-berai .Andaikan kami saling mengerti .Mungkin kami akan
berkumpul bersama di dalam satu atap ini membentuk sebuah keluarga.Ayah terlalu
sibuk mengurusi perusahaannya yang sudah tersebar luas ,tak sadarkah dia akan
umurnya?Sedangkan ibu menjadi perintis salon di Jakarta .Dan memilih tinggal di
apartemen Kelapa Gading .Juga kakakku menjadi degsiner terkenal di Jakarta
pula.Dia bahkan tak mau peduli dengan semuanya .Untuk meluangkan waktu ke
sinipun terasa sulit bagi mereka. Mengapa semuanya seperti ini?Pantaskah bila disebut Rumahku adalah Surgaku?
Tak ada kehangatan kasih sayang di sini.Hanya ada keheningan dan kepedihan.
Kulihat
nenek yang sudah renta sedang duduk di kursi roda ,memandang keluar jendela .
“Nenek.” Ku cium tangan nenek yang rapuh tak berdaya.Pendengarannya mulai
berkurang juga sudah pikun .Tapi nenek seperti tak menyadari kehadiranku dan
tetap memandang lurus ke luar jendela . “Nek aku Fina ,aku pulang Nek!”bisikku
ke telinga nenek .Nenek mulai melirik ke arahku .Aku tersenyum lembut pada
beliau .Air mataku berlinang ,nenek bersikeras memperjuangkan rumah ini agar
tidak dijual Ayah .Betapa sakitnya hati nenek bila melihat anak satu-satunya
tak pernah mengunjunginya di saat masa tuanya .Mungkin aku yang akan
menggantikan nenek memperjuangkan rumah ini.Rumah ini tetaplah rumahku.Seberapa
pedihnya perasaanku .Tetaplah ,kata –kata yang terukir di hatiku,Rumahku
Surgaku .
Tempatku berteduh dari hujan dan sinar matahari
Tempatku tumbuh besar
Tempatku membuat kenangan
Dan segala kasih sayang yang diberikan
By: Joy Devivre
Tidak ada komentar:
Posting Komentar