Kisah Petani Jagung, yang di cuplikan dari Fiksi buku Sepatu Terakhir. Novel Inspiratif terbaru 2013 dari Republika. Dapatkan di Gramedia & Toko Republika
Ayah adalah tipe pebisnis yang
membuatku tak habis pikir. Jika kebanyakan orang berbisnis, tak ingin
membagi resep rahasia, ataupun ilmu utamanya, Ayah justru sebaliknya.
Ayah tak pernah pelit untuk berbagi ilmu, dari sekian pegawai yang
dimilikinya, semuanya diajarinya untuk membuat sepatu. Tak ada satupun
ilmu yang ia sembunyikan. Tak hanya itu, didorongnya mereka untuk lepas
dan mandiri dari ayah.
Aku dan Mas Agus waktu itu sampai
terheran-heran. Mendidik pegawainya untuk mandiri bukankah justru akan
melahirkan pesaing baru bagi usaha Ayah?
Ayah menjelaskan konsepnya dengan satu kisah sederhana. Kisah yang masih aku ingat sampai sekarang.
“Bapak pernah cerita ke kalian tentang kisah seorang petani jagung yang berhasil?”
Aku dan Mas Agus hanya menggeleng.
“Alkisah ada seorang petani jagung yang sangat sukses.”, Ayah berhenti mengambil nafas sejenak.
Aku dan Mas Agus pasang telinga, antusias mendengarkan.
Dengan nada layaknya seorang pendongeng
ia melanjutkan, “Di negerinya, setiap tahun diadakan kontes jagung,
untuk mencari petani mana yang menghasilkan jagung terbaik. Petani
sukses tadi, dia sering memenangkan kontes jagung tersebut. Tak hanya
sekali, namun berkali-kali dan boleh dikata, setiap kontes jagung
diadakan petani inilah pemenangnya. Kalian tahu rahasianya?” Tanya Ayah
ke arah kami.
“Pupuk rahasia?”, Mas Agus coba mejawab.
“Bukan, bukan itu rahasianya. Suatu
waktu seorang wartawan bertanya pada petani sukses ini, apa formula
rahasianya dia bisa memenangkan kontes jagung tersebut sampai
berkali-kali. Si petani menjawab, 'tak ada formula rahasia, aku hanya
membagikan benih-benih jagung terbaikku kepada petani
tetangga-tetanggaku”
“Lho, benih jagung terbaiknya kok malah diberikan ke tetangga? Tapi kok dia yang menang? Aneh!”, tanyaku.
“Itu dia kuncinya”, Ayah tersenyum. “Alin di sekolah sudah belajar IPA kan? Tentang tanaman yang punya serbuk sari dan putik?”
“Sudah” jawabku sambil mengangguk.
“Kita tahu bahwa angin menerbangkan
serbuk sari dari bunga-bunga yang masak, lalu menebarkannya dari satu
ladang ke ladang yang lain.”, tangan ayah bergerak-gerak bak seorang
pendongeng.
“Coba bayangkan Jika tanaman jagung
tetangga buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang petani sukses
ini pun juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagungnya.”
Kakakku manggut-manggut mulai paham.
Ayah melanjutkan “Sebaliknya jika
tanaman jagung tetangga baik, maka serbuk sari yang dibawa angin dari
ladang jagung mereka akan baik pula, disinilah bila kita ingin
mendapatkan hasil jagung yang baik, kita harus menolong tetangga kita
untuk mendapatkan jagung yang baik pula.
“Begitu pula dengan hidup kita Nak.
Jika kita ingin meraih keberhasilan, maka kita harus menolong orang
sekitar menjadi berhasil pula. Mereka yang ingin hidup dengan baik harus
menolong orang disekitarnya untuk hidup dengan baik pula. “, Ayah
menutup ceritanya dengan bijak.
Sumber : Sepatu Terakhir, Novel Inspiratif
soource : kisahinspirasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar